Blogroll

Performa Maksimal Si Minim Bicara

Tanpa banyak basa-basi, Yann Tiersen memperlihatkan kelasnya. Ia sampai tampil dua kali dalam semalam.

Berkaus oblong cokelat, celana jins robek, dan sepatu kets merah, dengan rambut pirang acak-acakan, Yann Tiersen terlihat santai. Tak banyak kalimat keluar dari mulutnya selain, “Halo, dan terima kasih.” Bicara agak panjang ketika ia memperkenalkan anggota bandnya: Ludovic Morilllon (drum), Stephane Bouvier (bas), Marc Sens (gitar), dan Anne-Gael Bisquay (kontra-bas).

Ia juga tak mau berpayah-payah menyebut setiap judul lagu yang akan dibawakan. Ketika bernyanyi, ia lebih banyak menunduk sambil memainkan instrumen yang dipegangnya. Yann seakan larut dalam 22 komposisi, dari 24 yang disiapkan, yang durasinya lima sampai 10 menit. Apik, penuh penjiwaan, dan dimainkan penuh talenta.

Yann Tiersen adalah musisi multitalenta, berpendidikan musik klasik. Jangan tanya apa aliran musik yang sebenarnya dia usung. “Saya tidak mau mendefinisikan musik saya,” katanya. Sedikit bocoran, ia mengaku, musiknya kali ini bisa dimasukkan ke dalam sub-genre electronic rock. Musiknya lebih kental dengan unsur Eropa.

Datang dalam rangkaian tur dunia bertajuk “On Tour” atas prakarsa Pusat Kebudayaan Prancis, Yann tampil di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis malam pekan lalu. Ratusan penonton memadati gedung itu. Di luar gedung masih ada 50-an orang yang tak kebagian tempat duduk. Usai pertunjukan pertama, Yann tampil lagi untuk mereka.

Malam itu, Yann memperlihatkan semua yang disebutnya tadi. Namun ia tak mau mengulang penampilan di Festival Transmusicales di Rennes pada 1997, yang terkenal itu. Saat itu, Yann tampil sendirian di atas panggung, berpindah dari satu instrumen ke instrumen lain.

Yang masih sama ialah tampilan peranti non-instrumen musik dalam beberapa komposisi yang dibawakannya. Pada La Perceuse, misalnya, ia mengusung bor listrik ke atas panggung. Bor itu ditempelkan pada dawai gitar. Suara yang dihasilkan mengundang tepuk tangan penonton. “Saya pernah menggunakan panci dalam konser,” tuturnya.

Kemampuannya memainkan dua instrumen secara bergantian diperlihatkan Yann dalam komposisi bertajuk La Crise. Di sini ia memainkan gitar dan biola. Di Macro Boules, kepiawaiannya memainkan biola kembali diperlihatkan Yann.

Puncak keterlibatan penonton ialah saat tembang Amelie dibawakan Yann. Penonton yang memadati venue ikut menyanyikan lagu yang menjadi salah satu pengisi album soundtrack film berjudul sama itu. Album ini mungkin yang paling laris dari antara seluruh kumpulan karya Yann. Ia terjual hingga 1,4 juta keping di seluruh dunia.

Lahir di Brest, Prancis, pada 23 Juni 1970, Yann memperlihatkan bakat musiknya sejak kecil. Di usia enam tahun, ia piawai memainkan piano dan biola. Enam tahun kemudian, Yann tergabung dalam band rock bernama Wart. Di sini ia memainkan keyboard. Ketika band itu bubar, Yann kembali ke piano dan biola.

“Kedua instrumen ini yang paling cocok untuk bereksplorasi,” katanya. Baru pada 1995 Yann melepas album debutnya. Album instrumental itu ia beri judul “La Valse Des Monstres”. Tahun berikutnya, Yann kembali mengeluarkan kumpulan karyanya. Kali ini, ia memberi judul “Rue des Cascades” (nama jalan yang ada di dekat rumahnya).

Album “Rue des Cascades” bahkan dipakai untuk film Erick Zonka, sutradara film La Vie Revee des Anges. Lagunya berjudul La Rupture pun digunakan pada film Alice et Martin. Selepas album ketiga, “Le Phare”, yang berjarak tiga tahun dari album sebelumnya, Yann banyak didaulat untuk membuka konser grup-grup besar, seperti Les Tetes Raides di Festival Francofolies-La Rochelle, Dick Annegarn di Bataclan-Paris, dan Portishead di Festival Route du Rock.

Lantas, bersama Christian Quermalet (gitaris-vokalis grup The Married Monk) dan Claire Pichet, Yann mengeluarkan ”Le Phare” versi baru. Penjualan album ini bahkan mencapai 100.000 kopi. Pada 1999, Yann membuat rekaman bersama The Married Monk, dengan menggarap beberapa komposisi dari album ”Le Phare” dengan vokal Yann.

Tahun 2001, ia kembali menelurkan album “L’Absente” yang sukses di Prancis dan terjual lebih dari 150.000 kopi. Tak hanya itu, Yann juga menggarap soundtrack film Good Bye Lenin! karya sutradara Jerman, Wolfgang Becker, pada 2003.

Leave a comment